Toleransi

Sore itu langit tampak basah. Di sebuah taman yang tidak terlalu besar namun cukup menjadi pusat paru2 kota, datang seorang laki-laki tergopoh-gopoh menuntun sepedanya melewati trotoar dan menerobos pagar. Ia memperhatikan sekelilingnya, seakan tengah mencari lokasi yang tepat untuknya berteduh. Diamatinya sejenak, kemudian dipilihnya sebuah bangku taman berbentuk lingkaran dengan payung berukuran cukup besar. Tempat itu dirasa akan cukup melindunginya dari deras hujan sore itu.

Disamping bangku yang telah didudukinya kini, berdiri sebuah kandang burung kecil dicat hijau. Ukurannya kira-kira 25x20x10cm. Kandang itu dihiasi beberapa lembar daun plastik buatan diatas atap dan disematkan papan bertuliskan "Rumah Kami" di tengah tiang penyangga. Entah siapa yang membuatnya, yang jelas ia merasa sangat berterima kasih.

Tidak lama, datang sekawanan burung mungil yang kuyup dari arah utara. Terbangnya semakin merendah ketika mereka mendekati rumah mungilnya itu. Setiap dari mereka pasti tengah menggigil kedinginan setelah disepajang perjalanan pulang, tubuhnya yang mungil itu diterpa derasnya air dan kencangnya angin.

Bukannya segera masuk ke dalam, burung-burung mungil yang tengah lemah dan kedinginan itu malah saling membiarkan teman-temannya yang lain masuk. Sementara ia?? Ia membiarkan tubuhnya tetap dihujani ribuan tetes air, hanya agar burung-burung lainnya tetap sehat dan tidak jatuh sakit.

Ya, begitu tingginya tingkat toleransi yang mereka berikan untuk sesamanya. Dan sore itu..kejadian kecil itu..ternyata menjadi sebuah pembelajaran yang teramat besar untuknya.

Toleransi.. nilai itu telah dipelajari sejak dini oleh manusia, diajarkan berulang kali lewat buku-buku pelajaran yang dilahap, bahkan disebarluaskan lewat berbagai macam media. Namun ternyata itu semua belum cukup mampu meresap ke dalam hati setiap insan. Ironinya, ternyata tingkah laku mereka (kadang) justru tidak lebih baik dari seekor binatang. Ia bergumam dalam hati, "Apakah mereka itu binatang??!"

Masih banyak terjadi perang saudara; Antar sesama suku dan bangsa dalam satu lingkungan. Masih banyak terjadi konflik kepentingan antar agama; Penolakan pendirian tempat ibadah maupun perayaan agama lain. Masih banyak terjadi diskriminasi dalam berbangsa dan bernegara; termasuk warga masyarakat di suatu negara yang dikucilkan. Dan masih banyak lagi isu panas lainnya terkait hal itu di belahan dunia ini.

Tidak perlu jauh memandang, diingatnya bagaimana ia pernah dikucilkan oleh teman-temannya yang merupakan sekumpulan agama yang berbeda dengannya. Bagaimana ia juga pernah dijauhi lantaran hanya memiliki pendapat yang berbeda dari yang lainnya. Pernah dalam sebuah antrean ia melihat perdebatan panjang antara seorang ibu dengan anak muda lantaran ada salah seorang dari mereka yang menyelang, yang dianggap tidak menghargai orang lain yang telah antre lebih dulu. Ya, pengendara di luar sanapun begitu arogannya. Selap-selip seenaknya tanpa memberikan jalan untuk pengendara lainnya.

Toleransi yang ada saat ini adalah toleransi untuk mereka yang berkuasa dan memiliki tumpukan harta. Sementara rakyat kecil?? Ya! Inilah sebuah pisau yang begitu tumpul ke atas namun sangat tajam kebawah.

Tidak lepas ingatannya bagaimana banyak sekali peristiwa kelam di negaranya. Bagaimana seorang pejuang HAM bernama Munir dibinasakan karena cita-cita mulianya. Dan sampai detik ini belum ada kepastian mengenai siapa saja pelaku terkait yang mesti bertanggung jawab. Adapun seorang Prita Mulyasari yang kemudian dipenjara hanya lantaran keluhannya terhadap RS OMNI. Padahal saat itu anak-anaknya masih kecil!!

Sebaliknya, coba kalian tengok bagaimana Artalita Suryani yang merupakan terpidana kasus suap Jaksa Urip Tri Gunawan justru mendapatkan fasilitas luar biasa mewah di Rutan Pondok Bambu Jakarta. Sebuah bentuk toleransi yang jelas hanya akan diberikan bagi mereka yang menerapkan metode yang sama, seperti yang Ayin lakukan.

Sebegitu bejatkah orang-orang itu??!

Lamunan laki-laki itu tiba-tiba buyar ketika tubuhnya terciprat air coklat dari genangan yang diinjak oleh salah seorang anak yang tengah menikmati waktu bersama hujan dan teman-temannya. Ia pun segera menyadarai bahwa hujan sudah reda. Kemudian ia mengulurkan tangannya, memastikan bahwa hujan memang sudah reda.

Kemudian dilap jam tangan Bonia-nya yang masih basah, sehingga jelaslah pandangannya bahwa saat itu jam telah menunjukan pukul lima sore lebih 40 menit. Ia menaikan sleting jaketnya hingga maksimal, lalu mengelap sepedanya dengan sebuah anugerah yang dititipkan dari Sang Maha Tunggal, yaitu tangan.

Ia merogoh sesuatu dari saku jaket. Tampak sebuah roti dikeluarkannya. Roti itu kemudian diletakannya di kandang mungil tadi. "Terima kasih teman kecilku.." Ucapnya sambil memasukan plastik roti itu kembali ke saku, karena tidak ada tempat sampah yang dilihatnya. Kemudian ia mulai menggowes sepedanya. Pelan2 taman dan kandang itu sudah tidak nampak lagi dibelakang. Tujuannya petang itu adalah lekas pulang ke rumah. Bertemu dengan keluarganya.


5 komentar:

Anonim mengatakan...

Alhamdulillah pengetahuan saya bertambah ^^


(tuan) Putrie Jrs ♛ mengatakan...

Aku mampir lagi ya..
sambil memikirkan lagi arti Duty yang kamu maksud :)


Ardi mengatakan...

Denah: Alhamdulillah :-)

Putri: Terima kasih *TOS*


Nina Juliyanthie mengatakan...

wah, bagus postingannya kak.. benar, toleransi slah digunakan oleh setiap orang.. inilah mirisnya kehidupan.. seakan akan keadilanpun mulai hilang.. slam kenal ya kak :) kunjungan perdana nih! berkunjung :) sya follow.. :)


Ardi mengatakan...

Betul. Dari sudut ekonomi, disebuah negara yang kesenjangan sosial termasuk kesejahteraannya timpang/marginnya cukup jauh, mengindikasikan bhw nilai2 keadilan dan kejujuran di negara tsb rendah. Terima kasih kembali dan salam kenal :-)


Posting Komentar

 
© 2009 - Mei9satu | Free Blogger Template designed by Choen

Home | Top