Gue bangga, ditengah carut marutnya bangsa ini, ternyata kita masih punya nilai luar biasa yang bisa dijual ke dunia internasional. Teman2 udah pada lihat kan gimana meriah dan megahnya opening ceremony SEA Games XXVI di Stadion Jakabaring tempo hari?? Terus terang gue sampe merinding. Bukan apa2, waktu itu gue nonton pembukaan SEA Games di poskamling. Cuaca lagi gerimis2nya, eh gue lupa bawa sarung.
Ini kali keempat Kita jadi host, setelah sebelumnya di SEA Games X 1979, SEA Games XV 1987, dan SEA Games XIX 1997.
Ada hal menarik dalam penyelenggaraan SEA Games XXVI kali ini. Jakarta yang pada edisi sebelumnya selalu jadi lokasi tunggal penyelenggaraan, sekarang didampingi oleh Bumi Sriwijaya aka Palembang, kota yang tengah merintis jadi pusat olahraga Nasional.
Gue senang olahraga, apalagi sepakbola. Dan begitu tahu ada event sekelas SEA Games mampir ke Jakarta, tentu hil yang mustahal sekali kalo sampe gue lewatin.
Eniwei hari Minggu kemarin (13/11) gue ke GBK. Ngasih dukungan nyata buat Timnas Garuda Unyu 23 yang hari itu akan bertanding menghadapi Thailand. Ditemani salah seorang sahabat, kami berdua tanpa ragu2 ngacak2 Senayan.
Sebelumnya kenalin dulu namanya Ahmad Jarkowi, biasa dipanggil Bodong. Hehehe..Bukan deng, namanya Nisa. Sebelumnya gue mesti ngucapin terima kasih buat dia karena udah ngeluangin waktunya yang padat merayap sebagai pelajar kelas XII yang pasti lagi sibuk2nya mempersiapkan UAS dan UN di sekolah.
Nisa |
Benar aja, memasuki kawasan Meruya-jakarta barat tiba2 gerimis menyapa. Bahkan hujan sempat mengguyur kami beberapa detik. Walaupun gak deras dan lama, tapi gue cukup kesal sama diri sendiri ngeliat perempuan dibelakang gue kebasahan. Rasanya wajar sekali ya. Setiap laki2 pun pasti akan ngerasa bersalah ketika kurang berhasil melindungi perempuannya.
Setelah hampir dua jam perjalanan Tangerang-Jakarta yang begitu menguras energi, sekitar pukul 16.45 akhirnya kami sampe juga di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Sontak nisa segera sujud syukur di parkiran. Sementara gue yang malu, pulang lagi ke Tangerang. Hehehe
Karena takut kehabisan tiket, gue buru2 ke loket. Syukurlah tiket pertandingan yang disediakan panitia masih ada. Setelah dapet tiket, kami menyambangi masjid untuk solat. Biarpun ingin cepat2 masuk stadion, kewajiban sebagai umat muslim harus tetap diprioritaskan.
Selesai solat, kami jalan lagi. Gue lihat ada pedagang yang menjajakan stiker mini bendera Indonesia, tiba2 aja jadi kepingin beli. Kebetulan Nisa ini orangnya pandai merayu, gak heran dengan mudahnya dia berhasil meluluhkan hati si penjual. Keren kan??! Nah..Itulah alasan kenapa gue ngajak dia ke sana. hehe
Nisa nempelin stiker itu di tangannya, sementara gue di pipi. Setelah terpasang, kami jalan lagi menuju pintu masuk.
Bodohnya gue adalah enggak pernah hafal Gate dan Sektor GBK, padahal udah berkali2 ke sana. Alhasil kami mesti muter2 lintasan stadion buat nyari pintu masuk. Ada makna yang gue dapet dari jalan2 yang enggak direncanakan itu: Berjalan menyusuri pelataran GBK bersamanya adalah hal yang enggak buruk.
Entah siapa yang pada akhirnya memulai percakapan diantara kami. Yang terasa, percakapan dua insan keturunan adam sore itu sangatlah halus dan hangat. Rasanya udah cukup lama nggak ketemu nisa. Dan tiba2 punya waktu bicara sesantai ini sama dia, ngerasa moment2 sederhana kaya gini jadi mahal banget.
Kadang kita gak bisa ngejelasin kenapa bahagia bisa timbul dari hal2 yang begitu kecil dan sederhana. Maaf ya sa, tapi kalo diibaratin makanan, buat saya kamu itu tempe. Meskipun ayam panggang itu enak kata orang, meskipun rendang itu enggak ada duanya, tapi buat saya tempe adalah makanan paling lezat di muka bumi. Oke walaupun enggak dapet korelasinya, tapi kira2 begitulah kenyataannya. Selamat mencerna. hehe
Setelah tiga puluh menit lebih muter2 lintasan, akhirnya kami bisa juga masuk stadion. Gue ada bangku favorit di tribun atas. Lokasinya di tribun timur, tapi sayang petang itu seluruh bangku di sana udah penuh. Akhirnya terpaksa cari bangku lain. Walaupun sempat bingung dan ngeluntang-ngelantung, kami dapat tempat duduk juga. Bangku di tribun utara SUGBK jadi pilihan, tepat disamping layar elektronik.
Lega banget setelah dapet bangku. Bukannya apa2, akhirnya Nisa bisa duduk tenang sambil minum air yang dia bawa dari rumah. Kasihan juga ngeliatnya, udah perjalanan kami jauh, ditambah mesti muter2 stadion yang segede gaban ini cuma buat nyari gate yang dituju. Yah..walaupun viewnya kurang oke sih, tapi baiknya disini enggak seramai di tribun timur, jadi kami punya kesempatan lebih banyak untuk berbincang2.
Oh iya! gue ada benda pusaka, benda yang punya nilai historis yang cukup panjang. Benda ini hanya akan dipake tiap kali gue sama bokap ke stadion nonton bola. Namanya.. kekeran. Sejak bokap enggak pernah lagi ngajak ke stadion, benda ini pun otomatis gak pernah dipake. Dengan tenangnya ia tidur pulas dilemari bersama pakaian2 lusuh gue lainnya.
Hari itu, untuk pertama kalinya benda ini dikeluarin lagi. Iya! gue ikutsertakan dia dalam perjalanan khusus kami ke Senayan. Benda ini bakalan jadi saksi bisu pertemuan dua manusia yang kelihatannya sederhana, tapi diam2 mewarisi jurus kamehameha dan Rasengan.
Gue sempat foto Nisa ketika ia tengah menggunakan kekeran ini. Jatuhnya malah kaya Amazonian Guards, haha. Itu loh, pengawal perempuan Muammar Khadafi yang keren dan hebat2.
Cukup lama kami menunggu, akhirnya kurang lebih pada pukul 19.00 para pemain mulai memasuki lapangan. Pekikan sorak sorai penonton dan terompet pun tumpah ruah, bercampur menjadi satu dengan kebahagiaan dan kebanggaan seluruh rakyat Indonesia. Nyanyian maupun yel2 dari suporter Indonesia terdengar keras dan sangat luar biasa membahana. Bahkan suara gue sendiri pun enggak kedengaran. Ya, begitulah fanatisme kami. Suporter sepakbola terbesar di muka bumi.
Sebelum memulai laga, kedua tim bergantian menyanyikan lagu kebangsaannya. Puluhan ribu suporter Indonesia serentak berdiri. Diawali lagu kebangsaan visitor team, Thailand dengan lagu Phleng Chat yang diciptakan oleh.. Oke gue enggak tahu.
Disusul lagu kebangsaan tuan rumah, Indonesia Raya yang kemudian bergema di 24 sektor pintu Gelora Bung Karno, yang pada pertandingan malam itu nyaris mendekati angka 80.000 suporter. Gue yang biasanya jarang nyanyipun ikut bersuara dengan lantangnya tanpa malu sedikitpun. Kenapa?? Karena Gue tahu suara pales yang lebih butut dari kaleng rombeng ini enggak akan mungkin terdengar oleh siapapun, bahkan gue sendiri. Kecuali Tuhan..
Suporter Timnas Mengumandangkan Indonesia Raya |
4 komentar:
asiiiiiik nonton langsung dari GBK yaa~
semoga Indonesia jadi Juara Umum SeaGames tahun ini yaa, amin...
Iya Mel, Amin..
Juara umum SEAG tanpa medali emas dari cabor sepakbola rasanya kurang lengkap.
hahaha..turut seneng saya man..
uia..kok nama gua ga tercantum dalam tulisan lu..
gua khan turut andil dalam rencana lu ini..hufftt
Terima kasih man. Kelak ada postingan khusus buat lo :)
Posting Komentar