“Permainan anak-anak garuda di babak pertama sangat berantakan, untung saja di babak kedua terjadi peningkatan kualitas permainan sehingga Indonesia dapat menutup pertandingan uji coba ini dengan skor 4-1.” Ucap salah seorang penonton kepada rekan disebelahnya sesaat setelah pertandingan persahabatan antara Indonesia dengan Palestina berkahir.
Terlepas dari komentarnya yang gue iyakan dalam hati, pertandingan semalam emang agak mengecewakan.
Malam itu jam menunjukan pukul 20.30 WIB ketika peluit kick off dibunyikan. Stadion Manahan Solo yang telah sepekan ini menjadi lokasi TC Punggawa Timnas Senior terasa begitu gegap gempita oleh kembang api dan sorak sorai penonton sesaat setelah sentuhan pertama Gonzalez dilakukan.
Gue yang tadinya begitu antusias dimenit2 awal pertandingan, menjadi sedikit gusar melihat daya dobrak hariyono cs setidaknya selama 45 menit pertama. Kentara sekali malam itu permainan mereka tidak padu. Sering kali terjadi kesalahan2 elementer, termasuk komunikasi antar pemain didalamnya. Kondisi ini diperparah dengan kolektivitas mereka dilapangan. Aliran bola menjadi tidak jelas juntrungannya. Setiap kali hendak melewati garis tengah lapangan, bola sudah kembali menuju daerah pertahanan timnas Indonesia.
Lini tengah Palestina yang dikomandoi F. Athhal begitu kokoh dan meyakinkan. Situasi ini yang pada akhirnya membuat Hariyono serta Firman Utina lebih sering melakukan umpan panjang langsung menuju Gonzales dan Bepe. Hasilnya dapat diketahui, mereka yang secara postur kalah tinggi dari bek Palestina selalu kalah dalam duel udara. Skor kacamatapun menutup babak pertama.
Di babak kedua, Palestina langsung tancap gas. Terbukti, 3 menit setelah peluit dibunyikan Sulaiman Obaid yang berhasil lepas tanpa kawalan secara cerdik menceploskan bola ke gawang Indonesia yang dikawal Markus Horizon.
Namun ternyata, disinilah titik balik permainan Timnas berawal. Tidak ingin dipermalukan lawannya, Indonesia segera meningkatkan intensitas permainan. Hariyono terlihat lebih tenang di tengah. Sementara Irfan dan M. Ridwan yang bertugas menyisir sisi lapangan menjadi lebih hidup. Beberapa kali serangan-serangan mereka mengancam gawang Palestina.
Dari serangan sporadis yang bertubi-tubi, akhirnya Indonesia berhasil memecah kebuntuan lewat sundulan Hariyono yang berhasil memanfaatkan bola rebound hasil tendangan bebas Bepe di menit 65. Namun gol tersebut harus dibayar mahal karena Hariyono harus ditandu keluar lapangan lantaran pelipisnya berdarah terkena sepakan salah seorang pemain Palestina. Sontan penontonpun memberikan standing applause untuk aksi Heroiknya ini.
Gol tadi terasa melecut semangat anak-anak di lapangan. Selang lima menit kemudian, Christian Gonzalez berhasil membawa Indonesia balik memimpin 2-1 setelah menerima umpan matang M. Ridwan yang sebelumnya melakukan aksi solo run hingga ke daerah kotak 12 pas.
Bambang yang tidak ingin dicap sebagai pemain yang telah habis, menunjukan kapasitasnya sebagai bomber berbahaya. Dua golnya masing-masing pada menit 78 dan 85 memastikan Indonesia mencukur Palestina dengan skor 4-1.
Manahan Solo pun berpesta menyambut kemenangan ini sekaligus memberikan salam perpisahan kepada Timnas arahan Wim Rijsbergen yang sehari setelahnya akan meninggalkan Solo menuju Jakarta untuk kemudian melanjutkan penerbangan ke Jordania, dimana mereka akan kembali melanjutkan rangkaian ujicobanya disana melawan Timnas Senior Jordania yang rencananya akan dilangsungkan pada tanggal 28 Agustus mendatang.
Demikianlah kira-kira gambaran atas hasil pertandingan ujicoba Timnas Indonesia semalam. Diluar skor yang memang tampak mencolok, timnas masih memiliki banyak kekurangan yang mesti diperbaiki. Khususnya gw melihat terkait fisik, komunikasi, dan mental bertanding anak-anak. Namun tentunya tidak adil rasanya kalau gw tidak mengatakan ini:
“Selamat atas pertandingan semalam. Kami selalu percaya bahwa Timnas yang tengah dibangun saat ini merupakan cikal bakal bagi Timnas Indonesia dengan level dunia untuk beberapa tahun kedepan. Semoga!”
0 komentar:
Posting Komentar